Rintik
hujan menghujam lebat membasahi bumi secara tiba-tiba. Terpaksa aku berlari
cepat mencari tempat untuk berteduh. Sebuah toko sepatu yang sudah tutup
menjadi pilihanku. Ah, seharusnya aku lebih cepat memilih buku di tempat tadi,
sesalku dalam hati. Aku melirik jam di tangan kiriku, pukul 7.45, berarti sudah
3 jam aku di sana namun tak juga kutemukan buku yang kucari. Berada di antara
ribuan tumpukan buku-buku usang menjadi hal kedua yang dapat membuatku terlena
oleh waktu, setelah yang pertama adalah bersamamu. Dua aroma yang selalu saja
bisa menyesakkan nafasku, pertama untuk tubuhmu dan yang kedua berupa aroma
buku saat lembaran-lembaran usang itu bermain di sela jemariku.
Percikan
air hujan nakal membuat bajuku sedikit basah. Angin yang bertiup lembut
membuatku semakin kedinginan. Andai saja ada kamu disini bersamaku, aku perlu
pelukmu untuk menghangatkanku dan sedikit membuatku nyaman. Apa lebih baik
kucoba untuk menghubungimu?
085655573118
Nomor
yang anda tuju sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan.
Tidak
aktif? Lagi-lagi kamu tak bisa kuhubungi ketika aku butuh kamu, setidaknya aku
perlu kamu untuk menghabiskan sisa malam ini bersama, berbagi cerita atau
cinta. Sudah 3 hari kita menahan rindu karena tidak bertemu bukan?.
Berulang
kali aku melirik jarum jam yang kurasa berdetak lambat, berbeda dengan hujan
yang menerpa tanah semakin cepat. Pikiranku masih saja melayang ke arahmu,
menduga-duga apa yang sedang kamu lakukan di luar sana saat aku butuh kamu, seperti
sekarang. Aku mulai berimajinasi tentangmu yang datang menyelimutiku dengan
jaket jeans hitam favoritmu, mengusap telapak tanganmu pada lenganku untuk
sekedar membuatku hangat dan menggenggam jemariku erat.
Cipratan
air dari mobil yang baru saja lewat seketika membuyarkan lamunanku. Aku ingin
mengumpat, tapi aku tahu itu tak akan berarti apa-apa, membuang sisa energiku
sia-sia. Ah lebih baik kucoba menghubungimu lagi.
085655573118
Aku
hapal nomor teleponmu di luar kepala, tanpa harus mencoba mengingatnya.
Nomor
yang anda tuju sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan.
Aku
mencobanya sekali lagi, tidak ada dering disana dan kalimat operator masih saja
sama. Tidak aktif. Sudah 1 jam 5 menit berlalu dan masih saja tidak aktif?
tidak biasanya kamu mematikan handphonemu.
Mataku
tertuju pada neonbox sebuah kafe di ujung jalan. Kuputuskan untuk berteduh di
sana karena hujan masih saja belum mau berdamai dengan tanah. Kupercepat
langkahku, sedikit berlari menuju kesana. Mungkin aku bisa menghubungimu lagi
dan meminta sedikit waktumu untuk menghabiskannya bersamaku di kafe itu.
Seorang
pelayan berambut pendek membukakan pintu dan tersenyum, memilihkan tempat duduk
di dekat jendela untukku. “Terima kasih”, ucapku dan sekilas senyum sebagai
balasannya.
Belum
sempat aku melangkahkan kaki menuju tempat yang dipilihnya, mataku terpaku pada
sosok lelaki yang kukenal di sudut kafe. Dia, yang aku tunggu menyalakan
handphonenya dan menghabiskan malam bersamaku ada disana, menggenggam jemari
tangan perempuan lain yang ada di sampingnya. Ada air mata yang jatuh tiba-tiba
tanpa aku harus memberi aba-aba. Ada ribuan sesak yang menyelimutiku di dalam
dada. Aku perlu jemarimu untuk mengusap air mata di pipiku, tapi kamu lebih
memilih menggenggam jemarinya. Aku perlu meyakinkanmu bahwa aku adalah
satu-satunya, tapi kamu disini lebih memilih meyakinkannya bahwa dia adalah
segalanya.
Sekarang
aku tau, alasan kamu tak bisa berada bersamaku dan mematikan handphonemu untuk
panggilan dariku yang sepertinya tidak perlu terjawab. Seharusnya aku tidak
perlu menangis, langit tau aku bersedih dan menggantikannya untukku.
Surabaya,
16 Februari 2012
Terinspirasi
oleh Faizal Reza (Tidak Terjawab)
http://t.co/mzGEvY8x
No comments:
Post a Comment