Wednesday, May 15, 2013

Tidak (Perlu) Terjawab


Rintik hujan menghujam lebat membasahi bumi secara tiba-tiba. Terpaksa aku berlari cepat mencari tempat untuk berteduh. Sebuah toko sepatu yang sudah tutup menjadi pilihanku. Ah, seharusnya aku lebih cepat memilih buku di tempat tadi, sesalku dalam hati. Aku melirik jam di tangan kiriku, pukul 7.45, berarti sudah 3 jam aku di sana namun tak juga kutemukan buku yang kucari. Berada di antara ribuan tumpukan buku-buku usang menjadi hal kedua yang dapat membuatku terlena oleh waktu, setelah yang pertama adalah bersamamu. Dua aroma yang selalu saja bisa menyesakkan nafasku, pertama untuk tubuhmu dan yang kedua berupa aroma buku saat lembaran-lembaran usang itu bermain di sela jemariku.
Percikan air hujan nakal membuat bajuku sedikit basah. Angin yang bertiup lembut membuatku semakin kedinginan. Andai saja ada kamu disini bersamaku, aku perlu pelukmu untuk menghangatkanku dan sedikit membuatku nyaman. Apa lebih baik kucoba untuk menghubungimu?
085655573118
Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan.
Tidak aktif? Lagi-lagi kamu tak bisa kuhubungi ketika aku butuh kamu, setidaknya aku perlu kamu untuk menghabiskan sisa malam ini bersama, berbagi cerita atau cinta. Sudah 3 hari kita menahan rindu karena tidak bertemu bukan?.
Berulang kali aku melirik jarum jam yang kurasa berdetak lambat, berbeda dengan hujan yang menerpa tanah semakin cepat. Pikiranku masih saja melayang ke arahmu, menduga-duga apa yang sedang kamu lakukan di luar sana saat aku butuh kamu, seperti sekarang. Aku mulai berimajinasi tentangmu yang datang menyelimutiku dengan jaket jeans hitam favoritmu, mengusap telapak tanganmu pada lenganku untuk sekedar membuatku hangat dan menggenggam jemariku erat.
Cipratan air dari mobil yang baru saja lewat seketika membuyarkan lamunanku. Aku ingin mengumpat, tapi aku tahu itu tak akan berarti apa-apa, membuang sisa energiku sia-sia. Ah lebih baik kucoba menghubungimu lagi.
085655573118
Aku hapal nomor teleponmu di luar kepala, tanpa harus mencoba mengingatnya.
Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan.
Aku mencobanya sekali lagi, tidak ada dering disana dan kalimat operator masih saja sama. Tidak aktif. Sudah 1 jam 5 menit berlalu dan masih saja tidak aktif? tidak biasanya kamu mematikan handphonemu.
Mataku tertuju pada neonbox sebuah kafe di ujung jalan. Kuputuskan untuk berteduh di sana karena hujan masih saja belum mau berdamai dengan tanah. Kupercepat langkahku, sedikit berlari menuju kesana. Mungkin aku bisa menghubungimu lagi dan meminta sedikit waktumu untuk menghabiskannya bersamaku di kafe itu.
Seorang pelayan berambut pendek membukakan pintu dan tersenyum, memilihkan tempat duduk di dekat jendela untukku. “Terima kasih”, ucapku dan sekilas senyum sebagai balasannya.
Belum sempat aku melangkahkan kaki menuju tempat yang dipilihnya, mataku terpaku pada sosok lelaki yang kukenal di sudut kafe. Dia, yang aku tunggu menyalakan handphonenya dan menghabiskan malam bersamaku ada disana, menggenggam jemari tangan perempuan lain yang ada di sampingnya. Ada air mata yang jatuh tiba-tiba tanpa aku harus memberi aba-aba. Ada ribuan sesak yang menyelimutiku di dalam dada. Aku perlu jemarimu untuk mengusap air mata di pipiku, tapi kamu lebih memilih menggenggam jemarinya. Aku perlu meyakinkanmu bahwa aku adalah satu-satunya, tapi kamu disini lebih memilih meyakinkannya bahwa dia adalah segalanya.
Sekarang aku tau, alasan kamu tak bisa berada bersamaku dan mematikan handphonemu untuk panggilan dariku yang sepertinya tidak perlu terjawab. Seharusnya aku tidak perlu menangis, langit tau aku bersedih dan menggantikannya untukku.

Surabaya, 16 Februari 2012
Terinspirasi oleh Faizal Reza (Tidak Terjawab)
http://t.co/mzGEvY8x

No comments:

Post a Comment